Rihlah Religius dalam Balutan Ka'bah


Rihlah Religius dalam Balutan Ka'bah,- Perjalan haji merupakan sebuah rihlah yang tentunya dicita-citakan oleh setiap muslim di belahan dunia mana pun. Perjalanan yang dalam ajaran Islam diniliai sebagai ibadah besar di mata Allah swt. Bahkan haji, berdasarkan keterangan Rasulullah adalah salah satu tiang ajaran islam.
Rasa ibadah yang kental, menurut saya memberikan sebuah suasana sakral tersendiri dalam perjalanan menunaikan ibadah haji tersebut. Hal itulah yang membuat traveling haji memiliki nilai lebih dibanding perjalanan-perjalanan lainnya; ada nilai rasa yang mengobar semangat, memusatkan panca indra kita agar bisa menyatu dengan setiap detik dari perjalanan yang kita tempuh dalam dimensi ke-khusyu’an.
Itulah alasan mengapa perjalanan haji pasti selalu memberikan kesan yang begitu mendalam. Tidak sekedar melihat ka’bah, tidak sekedar shalat di masjidil haram, tidak sekedar lempar jumrah, tapi  dalam haji itu, ada napak tilas perjuangan dalam membawa Islam, hingga dalam proses  haji, akan terbersit dalam hati “oh.. Allah sungguh nyata kuasamu, Nyata segala yang  “ada” di sisimu, nyata segala nilai-nilai yang tertera dalam kitab suci nan agungMu”.
Haji selalu memberikan kesan terdalam, karena memberikan pengalaman spiritual yang berbeda-beda bagi muslim. Tidak jarang–jika tidak dikatakan semuanya- para jama’ah yang berhaji, pasti memiliki beberapa pengalaman yang “unik” berdimensi spiritual.
Pengalaman-pengalaman itu ada yang menyenangkan, mengharukan, dan tidak menutup kemungkinan menyakitkan dan menyedihkan. Semua pengalaman itu memberi satu nilai universal yang sama, yaitu memperbaharui semangat beribadah kembali kepada sang Khaliq.

kisah perjalanan haji
cheria-travel.com
Salah satu dari pengalaman itu, diceritakan oleh Ayahanda tercinta. Dulu, ketika Ayah saya masih menjadi mahasiswa di Riyadh, Alhamdulillah Allah memberikan beliau kesempatan untuk berhaji. Satu ketika, pada saat proses haji ayah sudah sampai pada Wukuf di ‘Arofah, para jama’ah dikelompokkan dalam satu kelompok yang terdiri dari delapan orang. Ayah saya mendapat teman mayoritas non jawa, sehingga tidak mengerti bahasa daerah mereka (ayah:asli Sulsel). Di tengah siang yang terik, ayah saya duduk dalam tenda bersama salah satu jamaah dari ketujuh temannya tersebut.
Keduanya berbincang-bincang dengan luwes, hingga datang seorang sedaerah dengan orang yang diajak bicara oleh ayah saya tadi. Layaknya orang yang telah kenal lama, mereka kemudian berkomunikasi dengan bahasa khas daerah mereka. Ayahku saat itu tentunya tidak mengerti, namun tetap menghormati dan menyimak apa yang mereka bincangkan meski tidak paham. Melihat gelagat ayah yang menyiratkan ketidakpahaman, temannya tiba-tiba kesal dan marah pada ayah saya. Tentu ayah saya kaget, karena secara normal, harusnya Ayah saya yang marah.
“lho.. ko’ anda yang marah-marah, harusnya saya yang marah karena anda berbicara dengan orang lain memakai bahasa yang tidak dipahami oleh saya orang ketiga. Sementara Rasulullah melarang berbisik-bisik ketika berbicara dengan orang kedua, sementara yang ketiga tidak tahu. Dan yang anda lakukan itu termasuk dalam larangan hadis ini..!!
Namun anehnya, orang itu tetap ngotot dan semakin beradu mulut dengan ayah saya. Secara tidak sadar dan tidak merasa salah, ayah saya meladeni kemarahan orang tersebut. Alhamdulillah, percekcokan itu tidak sampai berlanjut kepada hal yang serius lainnya. Besoknya, ayah saya mengalami kejadian yang sungguh aneh, saat melaksanakan proses haji, tiba-tiba suara ayah saya hilang, padahal sebelumnya suara beliau sama sekali tidak apa-apa. Ayah saya bertanya-tanya “ada apa ini?”. Karena hal tersebut, ayah saya menyuarakan setiap lafal baca’an atau do’a dalam hati sambil terus merenung atas hilangnya suara beliau secara ajaib.
Dalam perenungannya itu, ayah kembali teringat dengan percekcokan pelik yang terjadi sebelumnya, sebuah pertikaian mulut yang timbul hanya karena masalah sederhana. Sembari mengingat itu, ayah saya lalu ditegur dengan ingatannya pada firman Allah, al-Baqarah : 198
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
Ayah saya merenungi ayat ini, di dalamnya Allah melarang bagi orang-orang yang haji untuk berbantah-bantahan, bercekcok, atau beradu mulut. Dalam hati ayah saya terbersit, bahwa hilangnya suaranya adalah sebuah teguran langsung dari Allah swt, dan juga sebagai pembelajaran untuk jangan mudah terpancing pada hal-hal yang menjerumuskan kepada sesuatu yang dilarang dan tidak disukai.
Perenungan itu membuat ayah semakin memperbanyak istighfarnya, semakin khusyu ibadahnya, meski lafal-lafal baca’an dan do’a, beliau lantunkan dalam hati. Hingga pada hari Thawaf Wada’, Thawaf perpisahan, beliau mengambil segelas Air Zam-Zam dan berdo’a “ Ya Allah sebagaimana sabda Nabi mu, bahwa barang siapa yang niat minum Zam-Zam karena mengharapkan Ridha mu dan kesembuhan, maka engkau akan menyembuhkannya, maka ya Allah, aku meminum Zam-Zam ini, sungguh, mengharap ampunanMu, Relanya SayangMu, dan kesembuhan atas suara ku ini”.
Setelah melafalkan penuh pengharapan do’a tersebut, ayah meminum air Zam-Zam itu hingga kenyang, dan Alhamdulillah, sekitar lima menit, suara ayah berangsur-angsur pulih kembali. Sebuah pengalaman haji yang tidak terlupakan.
Satu lagi pengalaman haji yang menurut saya sangat indah dikenang dari Ayah saya. Ketika Haji, Ayah saya jauh-jauh hari berniat hendak menghabiskan satu malamnya  untuk shalat di masjid Madinah, tepatnya di Raudah, yaitu tempat antara Kuburan Rasulullah dengan mimbarnya. Tempat itu sebagaimana dalam keterangan, adalah tempat mustajabnya do’a. karena hal tersebut, sangat susah mendapat tempat itu untuk beribadah, karena orang berbondong-bondong untuk mendapatkan space di daerah itu. Hal itu tidak menyurutkan niat ayah, bahkan lebih membuatnya semangat.
Alhamdulillah, setelah haji ayah diberi kesempatan Allah untuk bisa ke Madinah, sehingga niatnya kemungkinan bisa terwujud. Saat bermalam di sana, jam dua pagi ayah telah bangun dengan memantapkan niat untuk beribadah, memasuki masjid Madinah, beliau langsung melihat ke daerah Raudah, di sana sudah banyak orang yang duduk. Tapi tak di sangka, ada dua yang duduk di sana memanggil ayah saya yang kelihatan mencari-cari tempat di Raudah itu
kemarilah.. duduk di sini, di antara kami
Lalu salah seorang menggeser tempat duduknya untuk di tempati oleh ayah. Ucap syukur tak bertepi yang keluar dari lisan ayah, dan rasa terima kasih yang begitu dalam terhadap dua orang tersebut. Tak disangka, hal yang pada kenyataannya sangat susah untuk didapat, kali ini ayah saya mudah untuk mendapatkannya. Hingga subuh menjelang ayah saya memanfaatkan kesempatan yang jarang ini, beliau shalat tahajjud hingga azan mau dikumandangkan. Setelah selesai shalat witir, ayah mulai sadar, ternyata orang-orang sudah tumpah ruah di sekitar daerah Raudah tersebut, kemudian ayah melihat kedua orang yang sedari tadi mengapit ayah, seakan menjaganya dalam beribadah, ternyata tidak ada!. ayah kembali mengucapkan Rasa syukur kepada Allah. Itulah janji Allah terhadap orang yang betul-betul mengharapkan kebaikan, di mana Allah akan memudahkan jalan orang tersebut.
Dua pengalaman tadi sekiranya cukup bagi kita, untuk menjadi sebuah dorongan semangat untuk bersegera memampukan diri kita menunaikan ibadah haji. Perjalanan haji yang insya Allah memberikan kita pengalaman spiritual yang mendidik, menambah girah ibadah dan pengalaman yang takkan terlupakan insyallah akan mengantarkan kepada derajat haji mabrur dengan tidak melanggar syarat dan ketentuan haji.
Dalam mejalankan ibadah haji syarat utama yang perlu dipenuhi menurut para ulama adalah istita’ah, kesanggupan. Kesanggupan butuh persiapan;  persiapan fisik, materi, juga spritual. Tapi di era IT ini, persiapan komunikasi untuk memudahkan ibadah juga tidak boleh terlupakan. Di salah satu diantaranya adalah layanan aplikasi pendukung ibadah haji yang telah dikeluarkan oleh telkomsel. Pertama dan utama dari layanan ini, pelanggan harus memastikan bahwa menu layanan internastional roaming sudah aktif sebelum berada di Arab Saudi (masih di Tanah Air).  Untuk pengguna simPATI & Kartu As aktivasi  bisa dilakukan dengan cara SMS ketik IR kirim ke 6616 atau menghubungi call center. Bagi pelanggan kartuHalo bisa mengunjungi GraPARI atau menghubungi call center 133. Sangat dianjurkan supaya teman-teman pelanggan mengisi pulsanya sesuai kebutuhan pas di Arab Saudi sebelum berangkat. Meskipun pengisian pulsa Telkomsel bisa dilakukan di Arab Saudi.

paket haji
jurnalhajiumroh.com

Jika langkah aktvasi berjalan mulus maka teman2 tinggal menikmati layanannya. Diantaranya Tarif Telfon ke tanah air 4000/menit Atau tarif  Sms kemana saja 500/sms. Info tentang tarif murah ini bisa teman-teman dapatkan di situs layanan Haji Telkomsel klik aja http://www.telkomsel.com/haji. Di situ juga bisa dilihat lokasi layanan Haji Telkomsel di sekitar Masjidil Haram dan Madjid Nabawi.

Selain tarif murah ini, layanan prima lainnya adalah aplikasi Haji gratis pelanggan Telkomsel. Aplikasi Telkomsel Ibadah terdapat di Google, BlackBerry App World, dan tidak lama lagi akan tersedia di App Store. Aplikasi dapat diunduh secara gratis oleh pengguna perangkat Android, iPhone, dan BlackBerry. Aplikasi ini memungkinkan para jamaah Umroh/Haji untuk bersosialisasi dengan memanfaatkan layanan chatting dan mencari teman antar sesama jamaah. Layanan chatting bisa dinikmati bagi pelanggan, jika telah melakukan registrasi di aplikasi. Dengan aplikasi chat ini kita tidak akan terpisah dari rombongan. Sekali lagi saya tegaskan aplikasi Ibadah Haji ini khusus diperuntukkan bagi pelanggan Telkomsel.

Apa lagi yang bisa kita dapatkan dari aplikasi ini? Aplikasi ini berisikan penjelasan singkat mengenai Haji, panduan praktis dalam menjalankan ibadah Haji, dan doa-doa umum baik selama menjalankan ibadah umroh/haji maupun saat berziarah. Doa-doa disajikan dalam bentuk teks Arab, transliterasi, terjemahan Bahasa Indonesia, serta audio. Disajikan pula informasi mengenai tempat-tempat ziarah di Tanah Suci, wisata belanja dan kuliner, jadwal shalat dan info cuaca di Tanah Suci, informasi tempat-tempat penting seperti hotel, rumah sakit, dan kantor perwakilan RI, informasi kurs, berbagai tips, serta daftar singkat percakapan praktis Bahasa Arab. Dengan  begini, ibadah kita akan lebih khusyuk. Jika ada yang lupa sedikit tinggal buka aja aplikasinya. Jika jamaah ingin berita terupdate sepuar haji dari sumber terpercaya aplikasi ini juga menyediakan fasilitas News berisi berita-berita terkini menyangkut Haji  bersumber dari portal berita haji dan umrah www.jurnalhaji.com milik Republika.

Semoga dengan semua kemudahan ini ibadah haji kita menjadi lebih khusyuk dan memperoleh derajat mabrur. Sebuah predikat yang didamba semua umat muslim di dunia. Dan beruntunglah umat muslim Indonesia, operator kesayangan kita, Telkomsel memberikan layanan Telkomsel Haji 2013 yang bisa memuluskan langkah spritual itu. Gimana? Ayo segera aktifkan!
Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar